Oleh : Eko Cahyono
Dahulu, di Laut Selatan ada sebuah pulau kecil. Di pulau itu tinggallah tujuh gadis kakak-beradik. Ayah-ibu mereka sudah lama meninggal. Karena itu Gadis Sulunglah yang mengatur semua adiknya. la membagi tugas pada keenam adiknya. Tetapi, tugas terberat selalu diberikan pada Gadis Bungsu. Setiap hari Gadis bungsu harus pergi ke hutan, untuk mencari kayu bakar.
Suatu siang yang panas, Gadis Bungsu mencari kayu di hutan. Peluhnya bercucuran. Di punggungnya ada seikat kayu bakar. Tetapi kayu itu belum cukup, la harus mencari kayu lagi. Di dekat jalan yang dilaluinya, mengalirlah sebuah sungai. Airnya jernih. Di tepi sungai itu, tumbuh pepohonan yang rindang. Jika sudah lelah biasanya Gadis Bungsu berbaring di bawah pohon itu. Tetapi, kali ini ia ingin sekali berenang. Karena itu, ia cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya dan kembali ke sungai untuk berenang.
Selagi asyik berenang, tiba¬-tiba ia melihat seekor ikan yang sangat cantik. Ikan itu kecil dan berwarna-warni seperti pelangi. Warna-warnanya berkilau indah sekali. Ikan pelangi itu berenang melewati Gadis Bungsu. Dengan lembut; ia menangkap ikan itu. Cepat-cepat dibawanya ke sebuah genangan air, yang mirip sebuah kolam. Airnya sangat jernih. Ikan pelangi itu dilepas di situ. Gadis Bungsu lalu kembali ke rumahnya.
Pada waktu makan malam, Gadis Bungsu hanya makan setengah piring nasi. Setengahnya lagi ia sembunyikan. Diam-diam dibawanya sisa nasi itu, ke kolam tempat ikan pelangi. Nasi itu dijatuhkannya sebutir demi sebutir, ke dalam kolam. Ikan pelangi menyantap semua nasi yang diberikan. Sejak saat itu, Gadis Bungsu selalu membawa separuh nasinya, untuk ikan pelangi. Setiap kali datang membawa nasi, ia memanggil si ikan dengan bernyanyi. Ikan pelangi sudah hafal suara merdu si gadis. Jika mendengar nyanyian Gadis Bungsu, ikan itu segera muncul di permukaan kolam.
Hari-hari berlalu dengan cepat. Ikan pelangi tumbuh menjadi besar, dan gemuk. Sebaliknya, Gadis Bungsu menjadi semakin kurus dan lemah. la tidak kuat lagi memotong dan memikul kayu bakar. Keenam kakaknya menjadi curiga. Mereka lalu berunding. Akhirnya salah satu dari mereka diutus, untuk mengikuti Gadis Bungsu.
Pada suatu hari, gadis yang diutus itu melihat Gadis Bungsu memberi makan ikan. Gadis itu bercerita tentang ikan gemuk peliharaan Gadis Bungsu, pada kelima saudaranya. Gadis Sulung lalu menyusun rencana. Gadis Bungsu disuruhnya mencari kayu, di tempat yang lebih jauh. Dengan demikian, Gadis Sulung dapat menangkap ikan pelangi. Ikan itu lalu dimasak untuk makan malam.
Keesokan harinya, seperti biasa Gadis Bungsu pergi ke kolam ikan pelangi. la menyanyi memanggil ikan itu. Tetapi, ikan pelangi itu tidak muncul-muncul. Gadis Bungsu menyanyi lagi dua, tiga kali. Tetapi si ikan tidak juga muncul.
"Ikan itu tidak mungkin mati. Kalau mati, pasti tubuhnya mengambang," kata Gadis Bungsu. la melihat ke kolam dengan teliti. Ternyata ikan pelangi memang tidak ada. Gadis Bungsu sangat sedih. la kembali ke rumahnya dengan kecewa. Karena sedih, gadis itu tidur sangat nyenyak, selama beberapa hari.
Suatu malam Gadis Bungsu bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat ayam jago sedang berkokok, ia bisa mengerti arti kokokan ayam itu. "Kukuruyuuuk. Kakak-kakak¬mu membunuh dan memakan ikan pelangi. Tulangnya dibuang di abu sisa pembakaran!" teriak ayam jago. Gadis Bungsu dengan hati-¬hati menggali abu sisa pembakaran kayu api. la menemukan tulang-tulang ikan pelangi.
Gadis Bungsu lalu mengumpulkan tulang-tulang itu, lalu menguburnya di samping kolam. Sambil mengubur, Gadis Bungsu menyanyi.
Di sini, di tempat ikan pelangi dikubur, semoga tumbuh sebatang pohon,sebatang pohon yang tinggi menju¬lang, menyentuh Iangit. Dan biarlah pohon ini menggugurkan daun¬-daunnya, hingga seorang Raja akan tahu, di mana dan mengapa daun-daun itu tumbuh.
Hari-hari pun berlalu. Keenam kakak Gadis Bungsu sudah lupa pada ikan pelangi. Gadis Bungsu pun tidak kurus lagi. la kembali sehat dan kuat, sebab tak lagi membagi makanannya. Namun, Gadis Bungsu tidak pernah lupa pada ikan pelanginya. Setiap kali mencari kayu, ia selalu datang ke kuburan ikan pelangi. Sesuai lagu Gadis Bungsu, di atas kuburan itu tumbuh pohon. Pohon yang aneh dan sangat indah. Batangnya terbuat dari besi. Daunnya dari sutera. Bunganya dari emas dan buahnya dari berlian.
Pada suatu hari, angin bertiup kencang. Selembar daun pohon itu diterbangkan angin, menyeberangi lautan lepas. Daun itu jatuh di sebuah pulau terdekat. Seorang Raja mene¬mukan daun itu dan berkata,
"Aku harus mencari pohon berdaun aneh ini. Akan kucari dari pulau ke pulau ..."
Tetapi, Raja ini cukup beruntung. Di pulau pertama yang didatanginya, ia langsung menemukan pohon yang dimak¬sud. Daun-daun di pohon ajaib itu, sama dengan yang dite¬mukannya.
"Pohon apa ini? Bagaimana bisa tumbuh di sini?" tanya Raja pada seorang pengawalnya.
"Hamba tidak tahu, Baginda," jawab si pengawal.
"Tapi, katanya di dekat sini, tinggal tujuh gadis bersaudara. Mungkin mereka tahu."
"Bawalah mereka ke sini," perintah Raja.
Pengawal itu segera melak¬sanakan perintah Raja. Katanya di hadapan kakak-kakak Gadis Bungsu, "Seorang Raja tampan dari seberang lautan, ingin bertemu dengan kalian!"
Mendengar hal itu, keenam gadis itu segera bergegas menuju hutan, meninggalkan Gadis Bungsu yang sedang sibuk memasak di dapur.
Keenam kakak Gadis Bungsu kemudian bertemu dengan Raja. Raja bertanya pada mereka. Tetapi, tak satu pun dari mereka yang tahu, tentang pohon ajaib itu.
"Kata orang-orang, kalian ini tujuh bersaudara. Mana yang satu lagi?" tanya Raja.
"Oh, adik kami ada di rumah. Tapi ia tidak tahu apa-apa. Kerjanya cuma mencari kayu. Lagipula mungkin sekarang ia sedang tidur," jawab Gadis Sulung.
"Bagaimana pun juga, ia juga harus ke sini," kata Raja. Kemudian manyuruh pengawalnya lagi, untuk menemui Gadis Bungsu.
Ketika Gadis Bungsu datang, terjadilah hal yang menakjubkan. Pohon yang tinggi itu, merunduk hingga ke tanah. Sehingga Gadis Bungsu dapat memetik daun, bunga dan buahnya. Semuanya lalu diberikan kepada Raja.
"Gadis ini dapat melakukan hal ajaib. Lagipula dia sangat cantik. la pantas untuk menjadi Ratuku," gumam Raja.
Raja kemudian melamar Gadis Bungsu, untuk menjadi permaisurinya. Gadis Bungsu dibawanya menyeberangi lautan dan tinggal di istana di pulaunya. Mereka hidup bahagia hingga akhir hayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar