Mencermati semboyan yang pertama yaitu ing ngarsa sung tuladha (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik), guru merupakan panutan dan contoh bagi para siswanya. Apapun yang dilakukan oleh guru merupakan semacam aturan yang kemudian menjadi contoh bagi siswanya. Guru yang baik akan menghasilkan siswa yang baik pula. Demikian sebaliknya. Menjadi teladan memang bukan hal yang mudah, namun demikian bukan mustahil untuk dilakukan. Seorang guru memang seharusnya dan selayaknya menjadi contoh bagi siswanya. Etika, sopan santun, budi pekerti, dan sebagainya harus dimulai dari gurunya. Bukan malah sebaliknya, justru guru yang memulai mengajarkan siswanya untuk kurang ajar. Kebaikan siswa tercermin dari kebaikan gurunya. Hal ini tercermin dari peribahasa “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Agar murid tak kencing berlari maka guru jangan kencing berdiri. Artinya, setiap perangai guru akan tercermin pada siswanya, bahkan siswanya bisa melakukan lebih dari apa yang dilakukan oleh gurunya.
Semboyan yang kedua ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide) seorang guru mampu membuat inovasi, variasi, dan kreatif dalam mengajar.Guru dituntut untuk selalu memperbaharui diri dan pengetahuannya agar siswanya mendapatkan tambahan pengetahuan dengan baik. Guru harus bisa mencari alternatif dalam memberikan materi pelajaran. Artinya, guru tidak hanya terpaku pada kurikulum dan materi pelajaran yang ada di buku pelajaran semata, tetapi mampu melakukan berbagai inovasi dan kreasi sehingga siswa mendapatkan berbagai bahan pelajaran. Hal ini hanya dapat dilakukan bila ada keinginan dan niat kuat dari seorang guru untuk terus memperbaiki dirinya serta memperbaharui pengetahuan yang dimilikinya.
Semboyan ketiga tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), maka para guru hendaknya mampu menjadi motivator bagi kebangkitan semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi. Banyak guru-guru kita yang sudah tak mampu lagi menjadi motivator. Mereka lebih mementingkan hal yang bersifat material semata dalam mengajar. Padahal, mengajar manusia, yang utama dilakukan adalah menumbuhkan semangat mereka untuk belajar. Guru-guru yang mampu memberikan dorongan kepada para siswanya akan menghasilkan siswa-siswa yang berprestasi.
Disarikan dari : http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/25/tut-wuri-handayani-yang-terlupakan/
Semboyan ketiga tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), maka para guru hendaknya mampu menjadi motivator bagi kebangkitan semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi. Banyak guru-guru kita yang sudah tak mampu lagi menjadi motivator. Mereka lebih mementingkan hal yang bersifat material semata dalam mengajar. Padahal, mengajar manusia, yang utama dilakukan adalah menumbuhkan semangat mereka untuk belajar. Guru-guru yang mampu memberikan dorongan kepada para siswanya akan menghasilkan siswa-siswa yang berprestasi.
Disarikan dari : http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/25/tut-wuri-handayani-yang-terlupakan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar